Kenangan

Minggu, 31 Januari 2010

Biografi Tifatul Sembiring

BIOGRAFI
Tifatul Sembiring
Si Anak Panah Ke-3 PKS


Dia salah seorang ‘anak panah’ (kader) Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang siap diluncurkan ke mana saja oleh pemegang busur (Majelis Surya) selaku lembaga tinggi partai. Dia menjadi anak panah ketiga yang menerima estafet kepemimpinan PKS. Tifatul Sembiring dipercaya menjabat Ketua Umum DPP PKS menggantikan dan melanjutkan kepemimpinan Hidayat Nur Wahid yang mengundurkan diri setelah terpilih menjadi Ketua MPR.



Tifatul yang sebelumnya menjabat Ketua DPP PKS Wilayah Dakwah I (Sumatera) dipilih dan dilantik Majelis Surya menjadi Pjs Ketua Umum DPP PKS, Senin 11 Oktober 2004. Pria Batak Karo kelahiran Bukit Tinggi 28 September 1961, melanjutkan kepemimpinan PKS periode 2001-2005.



Kemudian dalam Musyawarah Majelis Syuro I Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang berlangsung 26-29 Mei di Jakarta, Tifatul terpilih sebagai Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) periode 2005-2010.

Selain memilih Presiden Partai, Majelis Syuro juga memilih ketua lembaga- lembaga tinggi partai. KH Hilmi Aminuddin menjadi orang nomor satu di PKS sebagai Ketua Majelis Syuro, Surahman Hidayat dipilih sebagai Ketua Dewan Syariah Pusat, Suharna Surapranata sebagai Ketua Majelis Pertimbangan Pusat, Tifatul Sembiring sebagai Presiden Partai, Muhammad Anis Matta sebagai Sekretaris Jenderal, dan Mahfudz Abdurrahman sebagai Bendahara Umum.

Dalam pidato pertamanya setelah terpilih secara definitif sebagai Presiden PKS, Tifatul mengatakan, proses suksesi kepemimpinan di PKS bisa memberikan contoh bagi pembelajaran politik tentang cara berdemokrasi yang damai. Selain itu, proses suksesi kepemimpinan sebagai peristiwa penting di PKS ternyata bisa dilakukan dalam biaya yang lebih murah dibandingkan dengan pelaksanaan suksesi partai politik pada umumnya.

"Di PKS selalu seru sorong- sorongannya, saling menyilakan maju dan tidak ada kampanye untuk maju memimpin apalagi memakai politik uang," kata Tifatul menjelaskan.

Jabatan, bagi Tifatul, merupakan amanah yang pada akhirnya nanti harus dipertanggungjawabkan di padang mashar. "Dengan diamanahkannya beban jabatan ini, saya sendiri mengucapkan inna lillahi wa inna ilaihi rajiun," ujarnya.

Tifatul yakin PKS ke depan akan kembali melakukan lompatan besar. Untuk itu butuh kerja keras semua kader partai. Meskipun, tak akan membuat target khusus, tetapi PKS akan berusaha membuat peningkatan perolehan suara.


***

Partai kader yang digandrungi anak muda pencinta hati dan moral bersih ini memberi teladan bahwa para kader partai tidak pantas merangkap jabatan di partai manakala telah dipercaya menjabat di lembaga kenegaraan dan pemerintah (publik).

Partai terbuka yang membawa misi moral dan dakwah dalam waktu singkat berhasil melesatkan “anak panah” pertama Nur Mahmudi menjadi Menteri Kehutanan dan Perkebunan (Menhutbun) di era Presiden Abdurrahman Wahid, dan “anak panah” kedua Nur Wahid terpilih menjadi Ketua MPR RI periode tahun 2004-2009.

PKS adalah partai yang mempunyai disiplin kuat membedakan mana hak-hak publik dan mana hak-hak partai. Konflik kepentingan dan perangkapan antara jabatan publik dan jabatan partai adalah tabu. Sikap itu pernah segera dibuktikan oleh Nur Mahmudi yang ketika ditunjuk menteri mundur sebagai Presiden PKS, demikian pula Nur Wahid usai terpilih 5 Oktober resmi mundur per 11 Oktober 2004. Untuk sementara Tifatul masih merupakan “anak panah” yang sedang disiapkan oleh sang pemegang “tali busur” untuk suatu ketika dilesatkan kemana saja sesuai kebutuhan partai dan demi kemaslahatan umat.

Dianggap berhasil
Kemunculan Tifatul menjadi pengganti Nur Wahid mengejutkan banyak pihak. Namun bagi Majelis Surya PKS mengetahui track record Tifatul, hal ini bukan mengejutkan. Dia kader yang berhasil menggelontorkan 380 kursi parlemen se-Sumatera ke pada Pemilu Legislatif 5 April 2004 menjadi milik PKS. Dia pula kader yang dipercaya tampil dalam lobi politik sebelum partai ini menjatuhkan pilihan mendukung pasangan SBY-MJK dalam Pilpres putaran kedua, setelah pada Pilpres pertama 5 Juli 2004 mendukung pasangan Amin Rais-Siswono Yudohusodo.

Sebagai Ketua DPP Wilayah Dakwah (Wilda) I Sumatera membawahi 10 propinsi di Pulau Sumatera, dengan mengusung 52.000 kader PKS se-Sumatera Tifatul Sembiring dianggap berhasil meraih total 380 kursi parlemen. Diantaranya, sebanyak 17 kursi di DPR RI Senayan, 57 kursi di DPRD I seluruh propinsi Sumatera, dan sisanya di DPRD II Kabupaten/Kotamadya seluruh Sumatera. Jumlah ini adalah sepertiga dari total 1.112 kursi parlemen di semua tingkatan yang berhasil diraih PKS di seluruh Indonesia.

Perihal lobi politiknya kepada pasangan SBY-MJK, Tifatul mengakui awalnya ia yang didampingi Sekjen PKS Anis Matta berhasil mengadakan komunikasi politik agar pada Pilpres pertama 5 Juli 2004 PKS ada di barisan SBY-MJK. Sayangnya, lobi itu belum bisa diterima segenap pimpinan partai. Sebab terbukti, berdasarkan mekanisme internal organisasi partai, di hari terakhir sebelum masa tenang PKS baru bisa memutuskan sikap politik untuk mendukung Amin Rais-Siswono Yudohusodo. Pasangan ini ternyata tak didukung efektif oleh rakyat kebanyakan sebab hanya menempati urutan keempat perolehan suara di bawah pasangan Susilo Bambang Yudhoyono-Muhammad Jusuf Kalla, Megawati Soekarnoputri-KH Hasyim Muzadi, dan pasangan Wiranto-Salahuddin Wahid.

Komunikasi politik kepada SBY-MJK kembali diteruskan Tifatul. Kali ini, menjelang Pilpres kedua 20 September 2004 yang hanya menyisakan dua pilihan pasangan ia disertai Irwan Prayitno. Hasil lobi lanjutan bisa diterima oleh Majelis Syuro dan pimpinan PKS. Sehingga jauh-jauh hari PKS sudah angkat bendera penuh mendukung pasangan SBY-MJK. Kendati sebagai “penumpang” terakhir kontrak politik yang dibuat Tifatul efektif menguntungkan sekali bagi kedua belah pihak. Dalam kontrak PKS memperoleh beberapa jatah kursi strategis di kabinet.

Pasangan SBY-MJK berhasil meraih suara terbanyak sebagai pemenang Pemilu. Sebagai the ruling party “anak-anak panah” PKS siap dilesatkan ke mana saja dan kapan saja. Salah satu bukti awalnya adalah Hidayat Nur Wahid. Atas restu dan dukungan SBY-MJK bersama Partai Demokrat (PD), Partai Amanat Nasional (PAN), Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Partai Persatuan Kebangsaan (PPP), Partai Bulan Bintang (PBB), dan partai-partai lain yang tergabung dalam koalisi kerakyatan ditambah sejumlah anggota DPD, Hidayat Nur Wahid pada pemilihan 6 Oktober 2004 berhasil meraih kursi pimpinan MPR berbeda tipis dua suara saja dari Sutjipto dari Koalisi Kebangsaan.

Walau partai baru dalam waktu singkat PKS sudah tergolongkan ke dalam kelompok elit, atau sebagai the ruling party partai penguasa. Karena sebagai partai penguasa Tifatul berjanji dan menjamin tak akan melengserkan Presiden terpilih Susilo Bambang Yudhoyono di tengah jalan, seperti pernah dialami Gus Dur. Kendati “hanya” sebagai pimpinan sementara Tifatul pasti akan memberi banyak warna kepada partai dan peta perjalanan politik nasional, paling tidak hingga berlangsung Mukhtamar April 2005 untuk memilih pimpinan baru PKS yang definitif.

Politik sebagai ibadah
Tifatul Sembiring adalah ayah dari tujuh orang anak hasil pernikahannya dengan Sri Rahayu, wanita asal Karanganyar. Tifatul bersama Nur Mahmudi Ismail dan Hidayat Nur Wahid adalah tiga dari antara 50 orang pendiri Partai Keadilan (PK), partai yang menjadi cikal bakal PKS. PK pada Pemilu 1999 tidak lolos electoral threshold batas dua persen sehingga untuk bisa maju kembali pada Pemilu 2004 PK harus bermetamorfosa menjadi partai baru. Lahirlah Partai Keadilan Sejahtera (PKS).

Tifatul mengaku menerima mandat memimpin PKS secara mendadak. Hanya tiga hari sebelum diserahterimakan, dilantik, dan diumumkan resmi ke masyarakat luas 11 Oktober, persisnya pada Jumat 8 Oktober 2004 malam hari. “Anak panah” Tifatul dilesatkan menjadi presiden partai oleh “tali busur” yang terdiri Majelis Pertimbangan Partai, Majelis Syura, Dewan Syariah Pusat, dan Presiden PKS Hidayat Nur Wahid. “Saya dan istri saya baru tahu malam Sabtu. Keputusan itu sudah diambil dan dimandatkan kepada saya setelah shalat magrib,” kata Tifatul, kepada Azhar Azis dari Indo Pos.

Tifatul menanggapi pemberian mandat sebagai biasa-biasa saja sebab tidak ada yang istimewa dalam setiap proses peralihan kepemimpinan di PKS. Namun karena yang menerima mandat adalah dirinya sendiri maka disertai pula rasa takut. “Kalau di PKS, kita justru takut menerima jabatan. Karena itu, tidak ada kader yang mau melakukan kampanye positif untuk pencalonannya. Tetapi, kita seperti anak panah yang siap diluncurkan ke mana saja oleh sang pemegang tali busur, yaitu Majelis Syura dan lembaga tinggi partai,” jelas Tifatul.

Rasa takut muncul pada diri Tifatul sebab ia tidak dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan. Dirinya kaget saat mengetahui telah ditunjuk sebab sepanjang memegang jabatan sementara hingga enam bulan ke depan ia menjadi harus berhati-hati dalam mengambil setiap tindakan dan kebijakan partai.

Di sisi lain ia merasakan biasa-biasa saja sebab demikianlah halnya iklim demokrasi di PKS. Tidak ada yang istimewa dalam setiap proses peralihan pimpinan PKS. Bahkan, istri dan anak-anaknya sudah maklum akan pola kerja PKS yang sedemikian tangkas. Sejak pertama kali aktif, saat masih bernama PK Tifatul sudah sering berada di luar rumah.



Sebagai Humas PK ia selalu harus berada disamping Sang Presiden Nur Mahmudi Ismail, diminta untuk mendampingi. Berada di luar rumah hingga 17 hari lamanya mudah dipahami alasannya oleh seluruh anggota keluarga, yang menganggap pekerjaan politik di PKS sebagai ibadah dan pengabdian kepada umat.

Tifatul beribadah dan mengabdi kepada umat melalui karir politik PKS berjalan secara mulus. Urusan kebutuhan keluarga sudah ditopang oleh kelancaran usaha penerbitan milik Tifatul. Dia adalah direktur merangkap penulis pada perusahaan penerbitan Asahuddin Press, Jakarta, miliknya.

Demikian pula istrinya, Sri Rahayu tergolong aktif menulis tentang kewanitaan. Dua buah bukunya, “Bila Muslimah Berpolitik” dan “Ketika Aku Mencintaimu”, sudah diterbitkan oleh Gema Insani Press. Tifatul pertamakali mengenal Sri Rahayu, istrinya, itu di arena dakwah kampus. Tifatul awalnya adalah aktivis dakwah kampus yang menebarkan syiar Islam. Di forum mulia itulah untuk pertama kali Tifatul, pria Batak Karo kelahiran Bukittinggi dipertemukan sekaligus berkenalan dengan gadis asal Karanganyar, Sri Rahayu.

Ketujuh putra-putri buah cinta pernikahan Tifatul-Sri Rahayu adalah si sulung Sabriana pelajar kelas 2 SMU, dan Fathan kelas 1 SMU. Selanjutnya adalah Ibrahim, Yusuf, Fatimah, Muhammad, dan si bungsu Abdurrahman yang masih berusia 2 tahun 8 bulan.



Sesibuk apapun perjalanan karir politik berupa ibadah dan dakwah, Tifatul selalu berusaha menyediakan waktu khusus kepada seluruh anggota keluarga. Rapat keluarga seringkali digelar untuk mendengarkan masukan dan kritikan dari anak-anak. Hasilnya, kendati sering berada di luar rumah keseluruhan anaknya tak merasa terasing atau teralienasi dari kegiatan Tifatul yang rajin berdakwah.

Tifatul adalah insinyur komputer lulusan Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen Informatika dan Komputer (STI&K) Jakarta, yang sejak tahun 1982 bekerja di PT PLN Pusat Pengaturan Beban Jawa, Bali, dan Madura. Tugasnya menggarap bidang telekomunikadi dan data processing. Tahun 1989 ia mengundurkan diri dari pekerjaan mapan itu hanya untuk berdakwah. Sejak aktif berdakwah di kampus jiwa mubaligh sudah tertanam dalam diri Tifatul.

Pekerjaan di PLN begitu menyita waktu Tifatul sehingga tidak sempat berinteraksi dengan sesama untuk berdakwah. Berangkat kerja jam enam pagi lalu pulang jam enam sore sudah dalam kondisi kelelahan. Interaksi dengan masyarakat sekitar menjadi minim sekali, padahal, dalam Islam sebaik-baiknya manusia adalah mereka yang memberikan manfaat kepada orang lain.

Sejak tahun 1990 aktivis Pelajar Islam Indonesia (PII) ini bergabung dengan Yayasan Pendidikan Nurul Fikri, serta dengan Korps Mubaligh Khairu Ummah, hingga sekarang. Tifatul juga menyempatkan diri berkunjung ke Pakistan selama enam bulan untuk mengasah wawasan berpikir politik di International Politic Center for Asian Studies Strategic Islamabad, Pakistan.

Tifatul terus saja merangkai jaringan dakwah kampus. Begitu tiba era multi partai, bersama Nur Mahmudi dan Nur Wahid ia berada bersama 50 kader pendiri Partai Keadilan (PK), di tahun 1998. Sejak itu resmilah Tifatul menggeluti politik praktis sebagai salah satu model ibadah dan dakwah yang baru. Awalnya ia menjabat Humas partai yang mengharuskannya selalu mendampingi Presiden Nur Mahmudi.



Menjelang Mukhtamar, Tifatul ditugaskan sebagai Wakil Sekjen PKS, dan pasca mukhtamar diangkat mendapat mandat sebagai Ketua DPP Wilayah Dakwah I Sumatera. Jabatan, mandat, dan amanah itu berhasil dipertanggungjawabkan Tifatul dengan menggelontorkan sepertiga total kursi palemen milik PKS berasal dari wilayah dakwah pimpinannya. ►e-ti/ht

*** TokohIndonesia DotCom (Ensiklopedi Tokoh Indonesia)

Ketika dakwah menjadi Pilihan Hidup

Jika dirimu telah menapakkan kaki di jalan dakwah, semoga saja itu adalah pilihan sadar, tidak ada paksaan dari siapapun, murni karena keinginan sendiri. Dan tidak mengharap sesuatu dari dakwah kecuali ridha Allah SWT. Ketika kita telah mengikrarkan untuk bergabung dengan kafilah dakwah, maka sebuah konsekwensi dari pernyataan harus siap kita hadapi. Entah dakwah itu akan mulus-mulus saja, ataukah dakwah akan membuat kita terseok karena hantaman dari orang yang tidak ridho dengan dakwah begitu besar. Mental seorang da’i tidak boleh lembek dalam menghadapi tantangan, mental harus kuat agar bisa tetap bertahan melalui semua wejengan yang menyambut di medan juang.
Ah… sudah menjadi sunnatullah bahwa semua pengemban dakwah akan melewati fase sulit dalam hidupnya. Manusia utama saja menghadapi hal yang demikian, ketika darahnya harus mengucur demi dakwah di Thaif. Namun manusia utama itu tiada mengeluh dan tidak menaruh dendam. Pun disebutkan dalam kisah-kisah yang sudah masyhur, seorang Hanzalah yang rela meninggalakn kasur empuknya di malam pengantinnya demi untuk menyambut panggilan jihad, sebuah pengorbanan yang begitu hebat. Pun telah dikisahkan seorang budak hitam yang tetap kokoh berpegang teguh pada sendi aqidah, walaupun disiksa oleh majikannya namun kemanisan iman dan islam telah menyatu dalam setiap aliran darahnya hingga membuat dia tidak bergeming ketika beratnya batu besar, panasnya padang pasir, dan perihnya cambukan menghantam dirinya. Wahai saudaraku, tidakkah besar pengorbanan mereka? Air mata mereka meleleh membasahi pipi, tapi kalimat Allah tidak pernah lekang dari bibir dan hati mereka.
Engkau pastinya tahu sang syahidah pertama dalam sejarah penyebaran islam, bagaimana Sumayyah menjemput syahidnya dengan perlakuan yang sangat sadis, roh nya melayang meninggalkan jasad yang terbuyur kaku. Dia adalah muslimah tangguh yang pernah ada, tidakkah kau iri saudaraku? Sumayyah telah mengorbankan jiwanya untuk dien ini, lalu apa yang telah kita korbankan? Adakah hanya keluh kesah yang tersirat dalam tatapan sinis dan sumpah serapah yang telah mewarnai perjalanan kita? Kita terlalu lemah. Terlalu cengeng dalam menghadapi semua tantangan dakwah.
Dakwah bukan semua permainan, dakwah bukan sebuah label untuk menjadi orang hebat, dakwah adalah ruh juang, dakwah adalah sebuah ruh pembebasan, pencerahan. Dakwah adalah sebuah pilihan hidup, sehingga diri sudah siap dengan konsekwensi dari pilihan hidup itu. Diri harus siap dengan duri-duri yang telah menunggu di perjalanan. Hingga diri telah siap berkorban demi dakwah ini.
Tidakkah engkau rela menitikkan air mata, berpeluh dalam penat, atau terhempas karena hantaman yang sangat keras, tidakkah engkau rela semua itu engkau lakoni untuk sebuah senyum cerah di wajah ummat? Senyum bahagia karena merasakan keindahan islam, dan kemanisan iman. Sebagaimana yang telah dirasakan oleh manusia utama, seorang hanzalah, seorang Bilal, sayyidah Sumayyah, dan ribuan pejuang islam lainnya demi mengukir senyum di wajah kalian?
Dan pun jika kita tidak siap bersama dakwah maka itu juga adalah pilihan. Tapi tanpamu, tanpaku, tanpa siapapun dakwah ini akan tetap jalan di muka bumi ini. Bukan dakwah yang butuh kepada kita, tapi kitalah yang butuh kepada dakwah.

Kamis, 28 Januari 2010

DRUM BAND, SEBUAH MARKETING ala SAMPOERNA

Oleh Wahadi, S.KM
Sebuah Tulisan Yang terinspirasi Oleh Hermawan Kertajaya (mark Plus, Corps) di Harian JP (26/01 2010)

Di Indonesia ada beberapa perusahaan yang besar yang dikelola antar generasi. Salah satu perusahaan yang cukup terkenal adalah Sampoerna. Perusahaan yang di milki Keluarga sampoerna ini telah berubah dari perusahaan Rokok “Dji Sam Soe” menjadi sebuah korporasi mandiri dengan nama “Sampoerna”. Perusahaan antar generasi ini telah berevolusi menjadi corporate yang sukses. Ada begitu banyak usaha yang dilakukan keluarga sampoerna dalam mengubah image dan masa depan perusahaan ini. dan slah satu yang unik dilakukan oleh Putera Sampoerna dalam melakukan inovasi Marketing. Putera Sampoerna pernah melakukan sebuah hal yang di anggap bodohdan berada di luar Pakem. Dia pernah menginstrksikan para pelinting rokok untuk membentuk Team Drum band. Tidak tanggung-tanggung pelatih spesialais drum band dari AS pun di undang untuk melatih sekitar 234 pelinting rokok, orang yang semula di bayar karena kualitas lintingan rokoknya, kini di bayar lembur seusai melinting kretek untuk menari, membentuk formasi dan bermain music. Apa tujuan di balik sesuatu yang diluar kewajaran tersebut? Putera Sampoerna ingin mengirim team Drum band ini pada Rose Bowl sebuah perayaan yang dilakukan di California pada tanggal 1 Januari. Tepat taahun baru itu selau di langsungkan Final Football yang selalu melibatkan puluhan ribu rakyatnya. Kesempatan ini oleh walikota di jadikan sebagai ajang Rose Parade, dalam Rose Parade ini juga mengundang peserta dari luar negri untuk ikut serta. Dalam parede itu selalu ada Float, sebuah Mobil yang berisi orang2 yang menampilkan berbagai petunjukkan seni yang selalu berada di belakang drum band. Dan kala itu drum band Sampoerna dari Indonesia juga ikut dan float Putera Sampoerna berada di belakang Drum Band ini.
Di kala GG ( Gudang Garam), Djarum an Bentoel bersaing dengan iklan tradisional di TV dan di jalanan maka sampoerna mencoba menggebrak dengan cara Visioner dan Progresif. Tidak tanggung-tanggung dana 2 Juta USD di keluarkanSampoerna untuk Program ini. 1 Juta USD di keluarkan untuk mengontrak para pelatih dan penari yang didatangkan langsung dari US untuk melatih para pelinting rokok ini dan 1 Juta USD di korbankan untuk membawa sekita 234 orang pemain Drum Band Sampoerna dari Indonesia ke Amerika. Pertanyaannya apakah ini kerugian. Salah ini adalah sebuah Investasi Jangka Panjang.
Selama 2 mIngu di Amreika pemberitaan Drum Band ini sungguh luar Biasa, Pemerintah Indonesia dan Rakyat di buat bangga dengan keikutsertaan Drum Band Sampoerna ini. Dan yang paling membanggakan lagi adalah di sana Drum Band Sampoerna mendapatkan penghargaan. Jor-jorannya pemberitaan memberi keuntungan luar biasa pada Samporna, apalagi rasa Nasionalisme Corporate yang selama ini belum di kembangkan oleh corporate lain berhasil di dapatkan Sampoerna. Sekembalinya ke Indonesia bahkan Drum Band ini di undang kekota Kompetitor di Kediri, Kudus dan Malang untuk menunjkkan kebolehannya.
Putera Sampoerna berujar ini adalah marketing Luar biasa, dia ingin membangun Corporate Brand dengan nama Sampoerna, yang berbeda sengan corporate productnya yaitu Dji Sam Soe. Berbeda dengan Djarum, GG yang menyamakan keduanya. Ini adalah jalan menuju sebuah strategi pasar GO PUBLIC oleh Sampoerna. Sampoerna adalah sebuah nama yang luar biasa, namanya di Indonesia mungkin hanya di saingi oleh Bakrie. Inilah keunggulan marketing ala putera Sampoerna sehingga ketika Dia menjual Dji Sam Soe, Nama Corporate Samporna telah di kenal oleh Masyarakat Indonesia.

Rabu, 27 Januari 2010

partai Islam dengan Pemilih Tradisional

Kompas - Partai-partai Islam atau berbasis massa Islam cenderung abai dengan basis massa tradisionalnya karena lebih rajin dan fokus memperluas pangsa pemilihnya. Akibatnya, pendukung asli partai yang tak teperhatikan justru lari dan memilih partai lain.

Hal itu diungkapkan peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Endang Turmudzi, di Jakarta, Selasa (12/1). Partai berbasis massa Islam, seperti Partai Amanat Nasional dan Partai Kebangkitan Bangsa, ingin mengejar target sebagai partai terbuka. Namun, hal itu dilakukan dengan tidak terlalu mengurusi basis massa tradisonalnya.

”Kenapa harus bersulit-sulit menjadi partai terbuka yang pangsa pemilihnya sendiri belum jelas?” katanya.

Sikap partai itu berbeda dengan kenyataan di masyarakat Islam. Saat ini, konservatisme masyarakat justru semakin menguat.

Masyarakat Islam cenderung ingin berubah lebih Islami. Tetapi, yang dilakukan partai justru membuat partai jauh dari kondisi riil masyarakat.

Keadaan masyarakat itu justru ditangkap oleh Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Partai tersebut ulet merawat massa tradisional mereka.

Menurut Endang, partai-partai berbasis massa Islam akan sulit mencari massa baru di luar massa tradisionalnya. Sebaliknya, partai nasionalis juga sulit merangkul massa dari kelompok Islam.

Secara terpisah, Direktur Eksekutif Indo Barometer M Qodari mengatakan, masyarakat Islam Indonesia yang mengidentikkan diri sebagai warga Nahdlatul Ulama—sebagai organisasi massa yang melahirkan PKB—jumlahnya mencapai 35 persen. Jika fokus menggarap basis massa tradisionalnya, PKB dapat memperoleh suara minimal 30 persen dalam pemilu.

Untuk PAN dan PKS, Qodari justru berpendapat partai ini perlu memperluas basis massanya karena kecilnya jumlah pemilih yang mengidentikkan diri dengan warga Muhammadiyah atau kelompok-kelompok yang mengikuti tarbiyah (pendidikan) yang banyak dilakukan oleh kader PKS. (MZW)


*sumber: Koran KOMPAS (Rabu, 13/01/10)
---

Senin, 25 Januari 2010

Hati Hati dengan Hatimu ada VMJ di Sekitarmu!!

Hati Hati dengan Hatimu ada VMJ di Sekitarmu!!
Oleh Wahadi S.KM_210110_10:02_Griya Syuhada.
Surabaya. Kita tentu sudah sangat paham dan sangat mafhum bagaimana tindak kejahatan di Indonesia, negri kita ini. Bagaimana Bunga (16 thn) bukan nama sebenarnya, di perkosa oleh 6 pemuda secara bergantian, atau Sari (14 thn), juga bukan nama sebenanya yang di renggut mahkota keperawanannya oleh ayahnya sendiri atau yang terbaru Babeh yang menyodomi lima anak di bawah 12 tahun dan membunuh 8 anak korbannya dan 7 diantara dengan di mutilasi. Bagaimana hal tersebut bisa terjadi? Dalam logika kemanusiaan sekalipun bagaimana membenarkan logika ayah tega memperkosa anak kandungnya sendiri, darah dagingnya. Bagaimana logika manusia mampu mencerna seorang yang sudah 70 tahunan menyodomi anak-anak bahkan memutilasinya dan mengulanginya berulang kali. Rosulullah mengatakan “di tubuh ini ada segumpal daging, jika baik segumpal daging itu maka baik seluruh tubuh, jika buruk segumpal daging itu maka buruk pula seluruh tubuh dan segumpal daging itu adalah Hati”. Para penjahat juga manusia seperti kita mereka bukan jin atau iblis mereka manusia yang punya hati, sebuah peangkat yang diberikan Alloh untuk menimbang sesuatu yang benar dan salah, untuk memutuskan sebuah tindakan yang akan di ambil, inilah alat terakhir yang menyaring setiap niat yang nantinya akan diteruskan ke otak dan organ tubuh untuk di wujudkan dalam sebuah tindakan. Apakah hati mereka sudah tertutup noda pekat sehingga tidak mampu lagi membendung niatan busuk seperti itu, ataukah hati mereka sudah mati, sudah mengeras batu. Tapi ketika mereka sudah di bui, di mintai pertanggungjawabannya di kantor polisi, mereka juga menangis, mereka juga menyesal, mereka juga meminta maaf dengan sangat. Jadi hati mereka belum membatu. Disis lain, disisi terang bumi, di dunia pencerahan ummat, ternyata penyakit hati juga menyerang secara bertubi-tubi para dai dan penyeru dien ini. Para aktivis dakwah khususnya aktivis dakwah kampus sangat rentan dengan penyakit hati ini. Virus Merah Hati ( VMJ ) begitu mudah meluruhkan kekuatan dan barrier iman mereka. Seringnya berjumpa, seringnya bersyuro’ ria, seringnya bekerja di lapangan dalam sebuah kepanitiaan, atau bertemunya mereka di lingkar diskusi kelompok tugas kuliah dll membuat mereka tidak mampu menahan nafsu dan syahwat mereka. Dari seringnya bertemu pandang, lalu dilanjutkan dengan SMS mesra yang di balut dengan taujih, telpon-telponan walau buka hal yang syar’I dan berlama-lama, akhirnya mereka pun terjebak dalam pacaran terselubung yang membungkusnya dengan pacaran islami katanya. Ini Salah, Ini sebuah kekeliruan, tidak ada dalam kamus dien ini pacaran Islami, ini bentuk pembenaran syari’at oleh para pendosa agama. VMJ itu menyerang melalui indra mata, maka Alloh menyuruh kita menjaga pandangan, Ghodul Bashor ( tundukkan pandanganmu) pada lawan jenismu!! Ini adalah APD (Alat pelindung diri) bagi Dai. Dan bagi teman-teman yang terlanjur terseret jauh oleh VMJ ini, sadari ini adalah perbuatan salah, ini di benci Alloh. Sangat berat meninggalkan kenikmatan berhubungan dengan si akhi atau si ukhti, tapi ketahuilah ini adalah sesuatu yang jauh pintu keberkahan Allah, sesuatu yang tada keberkahan pada prosesnya akan menghasilkan sesuatau yang tidak berkah pula. Dan di ujung jalan nanti hanya ada satu kata Penyesalan. Inilah jalan syetan mengeluarkan kita dari jalan kenabian, jalan dakwah. Berbahagialah kamu karena dari sekian manusia, kita telah Muslim, dari sekian Muslim kita terlah ter-Ishtifa’ (terseleksi) dari sekian ummat muslim untuk berdakwah memanggul berat beban dakwah, menjalani budaya kenabian dulu, budaya dakwah. Sangat eman, sangat kontraproduktif jika sudah ter-Ishtifa’ malah kita mempermainkan peluang emas Allah ini dengan pelanggaran dengan si akhi atau si ukhti kita. Na’udzubillah. Kerugian besar!!!

Maka wahai manusia jagalah hatimu, jangan sampai terkotori noktah atau noda dosa. Murnikan hatimu untuk selalu mengisi dengan dzikir mengingat Alloh. Jika ada sedikit kekliruan jalan maka segera Insyaf karena memang tabiat hati itu tidak tetap, sellu berubah, tidak permanen. Maka Alloh menempatka Iman itu di Hati, sehingga seperti tempatnya tabiat Iman sama dengan Hati, mudah berubah. Ada alas an super penting mengapa kita hars menjaga Hati kita, adalah pintu Allah mengenalkan kebesaran-Nya, Allaoh juga menurunkan firman dan wahyu di hati.

"(Jibril) menurunkan wahyu kedalam hati nuranimu dengan izin Tuhan, membenarkan wahyu sebelumnya, menjadi petunjuk dan kabar gembira bagi orang-orang yang beriman" (QS 2:97)

Hati adalah pusat pandangan, pemahaman, dan ingatan (dzikir)

"Apakah mereka tidak pernah bepergian dimuka bumi ini supaya hatinya tersentak memikirkan kemusnahan itu, atau mengiang ditelinganya untuk didengarkan, sebenarnya yang buta bukan mata, melainkan " hati" yang ada didalam dada." (QS 22:46)

"memang hati mereka telah kami tutup hingga mereka tidak dapat memahaminya, begitu pula liang telinganya telah tersumbat" (QS 18:57)

"Apakah mereka tidak merenungkan isi Al Qur'an? atau adakah hati mereka yang terkunci?" (QS 47:24)

"Janganlah kamu turutkan orang yang hatinya telah Kami alpakan dari mengingat Kami (dzikir), orang yang hanya mengikuti hawa nafsunya saja, dan keadaan orang itu sudah keterlaluan" (QS 18:28)

"Sesungguhnya telah Kami sediakan untuk penghuni neraka dari golongan jin dan manusia; mereka mempunyai hati, tetapi tidak menggunakannya untuk memaha-mi ayat-ayat Allah, mereka mempunyai mata, tetapi tidak dipergunakan untuk melihat, mereka mempunyai telinga tetapi tidak dipergunakan untuk mendengar. Mereka itu seperti binatang ternak, bahkan lebih sesat lagi. Mereka adalah orang -orang yang alpa (tidak berdzikir) " (Qs 7:179).

Maka sekali lagi kawan. Begitu mulianya hati, maka jagalah hatimu!

Sinetron Pansus Century

Sinetron Pansus Century
By: Wahadi, S.KM

Surabaya. Akhir-akhir ini kita di suguhi tontonan panjang dan mengarah membosankan di TV tentang “Sinetron Century” Sinetron dengan content Investigasi kasus bailout century sebesar 6,7 T oleh para wakil kita yang terhormat di DPR RI. Kasus ini begitu menyeruak ke permukaan karena actor yang terlibat adalah Aktor Gaek Bung Boediono, Artis Keuangan Mbak Sri Mulyani, para artis2 BI Production house, artis medioker KKSK, artis new comers LPS dan artsi2 ndeso dan katro negri ini. sinetron ini juga memperburuk Rating program 100 hari sang sutradara Indonesia, SBY beserta crewnya para Mentri Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) II. Sehingga rating merekapun kalah jauh dengan sinetron satu ini. begitu tenggelamnya Rating kerja para mentri ini sampai-sampai tidak terdengar lagi bagaimana keberhasilan mereka berkarya selama hampir 100 hari ini. Tidak hanya itu, menurut survey lembaga rating Indobarometer, populeritas bung boedi dan Pak SBY turun di mata publik. Drama century begitu menggerus energy bangsa ini karena sangat mahal biaya sinetron ini. Dana 5 M di anggarkan untuk menuntaskan kasus ini, perkiraan panjang sinetron ini adalah 60 hari dan berakhir 4 Maret nanti. Semakin menarik sinetron ini karena intrik-intrik di dalamnya. Intrik itu di bawakan dengan bagus oleh mantan pesinetron juga Mas Ruhut Sitompul dari Rumah Produksi PD dengan Cak Gayus dan Ara Sirait dari Rumah Produksi PDI-P. bahkan intrik ini membuat SBY selaku Sutradara negri ini turut bicara mengenai Etika perfilman yang mungkin sempat di langgar para Insan sinetron negri ini, khususnya yang menggarap Sinetron century ini. Tidak hanya itu, bahkan di adakan pertemuan Bogor yang mengundang ketua lembaga perwakilan artis senayan, DPR Pak Marzuki Alie, Ketua Majelis yang mengurusi UUD perfilman Opa Taufik Kiemas, Ketua Lembaga Pengaudit Dana film, BPK Mas Hadi Purnomo, serta 2 Lembaga penyidang masalah perFilman Nasional Ketua MA dan MK . Mereka di undang Langsung Oleh Pak Sutradara Indonesia, Pak SBY. Dan pembahasannya juga masalah berat yaitu masalah Pemakzulan, Impeachment Sutradara dan wakli sutradara. Para penonton setia negri ini masih menunggu-nunggu bagaimana akhir kisah century ini. Apakah berakhir dramatis, sad ending, happy ending ataukah berakhir dengan Foreshodowing, sesuatu yang sudah bisa terbaca para penonton, tidak ada sama sekali kejutan berarti. Semoga kerja sama antar Rumah Produksi yang di gawangi PD dengan beberapa rumah produksi seperti PKS, PAN, PPP dan GOLKAR tidak membuat dan menyusun skenario busuk untuk menghilangkan fakta dan mengedepankan kepentingan atau upaya penyelamatan aktor-aktor gaek yang bermain didalamnya. Karena tidak biasa jika sinetron di negri ini berakhir dengan terbunuhnya para tokoh utama, harusnya yang mati adalah tokoh antagonis, atau tokoh ketiga yang dikorbankan untuk menyelamatkan tokoh utama tadi. Para pembuat film di negri ini masih banyak yang berpikir kolot dan jauh dari revolusionis, mereka belum terbuka untuk membuat film yang kreatif dan berani serta mendobrak pakem yang ada dan berlaku, yang penting laku pasaran, menghasilkan uang besar yang bisa di bagi-bagi dengan insan perfilman lainnya dengan bermain cantik sehingga tidak terendus lembaga sensor film yang namanya KPK. Atau mungkin yang terpenting “ABS” Asal Bapak Senang. Oke saya selaku penikmat film di Indonesia, menghimbau para penonton untuk sabar, menunggu hasil akhir. Apapun hasilnya nanti ingat kita adalah satu bangsa, satu bahasa, INDONESIA. jangan sampai ada kerusuhan, demo anarkhi bahkan sampai chaos karena akhir filmnya jelek menurut sebagian orang. Silakan berekspresi atas ketidak sukaan karena memang berekspresi dijamin sebagai HAM, tapi jangan sampai dilakukan dengan kebablasan dan bertindak tidak bertangung jawab. Kita bukan negara BONEK yang melakukan banyak kerusuhan demi kerusuhan. Sudah cukup energy kita tersita, sudah lelah badan ini karena hal2 yang remeh, seharusnya keringat ini, peluh ini, darah ini, dan jiwa ini kita korbankan untuk membangun negri, menuju bangsa berperadaban untuk menusul ketertinggalan dari bangsa-bangsa lainnya yang sudah jauh malangkah menuju keadilan dan kesejahteraan. Cukuplah ini insiden terakhir yang mmeporak-porandakan, sampai disini saja kisah kelabu yang menghampiri, inilah faktor yang membuat kita masih saja cepat berjalan di tempat. Ayo anak Bangsa kita bersatu!!!

Wahadi.rantisi@gmail.com

Pahlawan sejati Vs Pahlawan Sensasi

Pahlawan sejati Vs Pahlawan Sensasi
By: Wahadi, S.KM
Disela menikmati kekosongan waktu di langit GS (Griya Syuhada)_200110_09:22

Surabaya. Di bumi ini selalu berlaku sebuah kaidah sejarah, bahwa sejarah hanya dan hanya bisa di tulis oleh orang-orang besar yang mempunyai visi besar tentang kehidupan dan masa depan. Mereka adalah para pencipta karya kemanusiaan yang tidak hanya di butuhkan oleh diri mereka sendiri namun jauh dari itu, banyak orang-orang yang juga membutuhkannya. Bahkan produknya adalah solusi sebuah permasalahan ummat yang telah mengkronis bahkan akut. Mereka ditakbiskan sebagai pahlawan, walaupun tiada sedikipun cita-cita dalam setiap kekaryaan yang mereka lakukan untuk di sebut pahlawan. Inilah sebuah kekuatan utama para penulis emas di lembar sejarah, mereka adalah manusia-manusia ikhlas yang senantiasa bekerja dalam kesunyian jauh dari pandangan mata manusia, namun dalam keyakinannya, Ia yakin ada mata langit yang selau mengawasi dan inilah konrol diri bagi mereka jika mereka menyimpang. Inilah sebuah kekuatan yang sangat sulit ditemukan dalam diri manusia-manusia biasa dan kerdil. Bahasa keikhlasan adalah bahasa suci yang hanya bisa di suarakan oleh mereka yang mengagungkan penghargaan langit dari pada penghargaan sekejap dan fana dari makhluk bumi. Sehingga hal ini sangat sulit di samai oleh mereka yang berjiwa kerdil, yang hanya melakukan pekerjaan-pekerjaan kecil namun tanpa ragu mem-blow up nya seolah-olah apa yang mereka lakuakan adalah pekerjaan besar atau karya agung yang pantas di hargai dengan sebutan pahlawan. Dan inilah potret para manusia pencarai sensasi. Biasanya karya seperti ini adalah karya dadakan, yang tidak hanya seumur jagung berada di ingatan kolektif ummat namun juga cepat lenyap tak berbekas di telan masa. Di negri ini telah banyak membuktikan para pahlawan sensasi itu. Bagaimana kita lihat berbagai public figure yang sangat tenar namun juga sangat cepat menghilang dari panggung. Begitu instans mereka mencapai tingkat tertinggi namun begitu mudah pula mereka kembali menuruni lembah sejarah dan kembali menjadi manusia-manusia kerdil. ada pertanyaan besar mengapa hal ini bisa menerpa? Hanya ada satu jawaban. Karena asas kemanfaatan tidak ada pada karya para pahlawan sensasi itu. Karya mereka bukan sebuah representasi apa yang di butuhkan ummat. Bukan jawaban atas permasalahan ummat, bahkan tidak banyak karya mereka malah menjadi tambahan bagi permaslahan ummat saja. Terkenalnya karya mereka atau dikenalnya karya mereka malah karena konroversinya bukan karena kemanfaatannya bagi ummat ini. oleh karena itulah bedanya karya manusia besar dengan manusia kerdil. Keikhlasan dan kemanfaatan inilah dua perbedaan di antara proses penciptaannya karya tersebut.
Kawan tiap orang punya kesempatan yang sama menelusuri sendiri jalur kepahlawanan mereka. Suatu ketika kita akan menciptakan prestasi puncak kita masing-masing. Namun yang menyebabkan kita diingat dalam ingatan kolektif ummat ini bila karya prestatif kita, produk puncak kita mampu menjawab sebuah permasalahan ummat dalam segala bidang kehidupan. Dan bumbunya adalah sebuah keikhlasan yang membersamai karya tersebut. Makanya jadikan setiap apa yang kita kerjakan adalah bagian dari penghambaan kita pada Alloh. Sebenarnya apa yang kita kerjakan sejatinya adalah ibadah kita pada Alloh. Oleh karena jangan sampai dasar kegiatan sebagai ibadah ini keluar dari kerangka berfikir kita. Dan inilah energi penyemangat bagi para pahlawan sejati, ada invisible hand, tangan yang tak terlihat yang tiap saat membantu kala para pahlawan sejati itu lumpuh, ruruh dengan kefuturan. Ada saja tangan yang menampar dengan halus setiap para pahlawan sejati itu keluar menyimpang dari rel kebenaran. Ada saja kekuatan yang tak terlihat yang mengembalikan para pahlwan sejati itu ketika mereka mati gaya, hilang produktivitas, terjerembab dalam kesia-siaan yang melenanakan mereka. Ada saja kekuatan yang membimbimbing mereka untuk tetap alam barisan dan shaf kebaikan samapi mereka menemukan kepahlawanan mereka. Sampai karya kemanusiaan itu mereka ciptakan.

Wahadi.rantisi@gmail.com

Bukti Sebuah Kelelakian

Bukti Sebuah Kelelakian
Oleh wahadi.S.KM

“Kelelakian seseorang di tentukan dari keberaniannya mengambil keputusan besar dalam hidupnya, sekarang” ( Mario Teguh ).
Inilah kalimat yang terucap dari public speaker yang sedang naik daun, Mario Teguh dalam salah satu fragmen acaranya di TV. Saat mendengar kalimat ini rasanya pikiran ini melayang jauh terbang ke masa lalu. Mengingat saat-saat genting itu, awal sejarah hidup yang terukir kala jari tangan ini arus mengisi pilihan Universitas di blangko pendaftaran SPMB. Ya, dengan pertimbanagan tantangan, keberanian dan harapan Saya memilih kota yang paling jauh dari pilihan teman satu kelas saya. Surabaya, saya memilih Surabaya sebagai tempat menimba ilmu. Padahal tanah metropolitan yang paling jauh Saya jamah baru Semarang, itupun ada yang menemani, karena memang orang tua tidak mengijinkan si anak semata wayangnya pergi tanpa ada yang menjaga. Dengan tekad membaja, di antar dengan hujan air mata sang bunda dan keluarga besar yang mengantar sampai stasiun terakhir, akhirnya raga ini hadir juga di kota pahlawan, sendirian. Kali ini tidak ingin diikuti apalagi ditemani salah seorang anggota keluargapun. Satu kata yang ada di kepala kala itu “Saya bukan anak mama, Saya harus membuktikan kelelakian saya ”. walau sedikit ada tantangan karena pergi sendiri, namun akhirnya kepercayaan itu di dapat juga.
Keputusan untuk kuliah di luar provinsi dan membaptis diri sebagai anak perantauan dengan hidup jauh dari keluarga dan tanah kelahiran, bagi sebagian orang adalah sebuah keputusan besar dalam hidupnya. Hal ini juga berlaku bagi Saya, mengingat saya adalah anak tunggal, yang sebelumnya hidup dengan mudah (manja, red). Merantau bagi Saya adalah pengalaman baru. Sudah terbayang bagaimana sulitnya hidup jauh dari keluarga. Apalagi Surabaya terkenal akan kota yang keras dgn tingkat kriminalitasnya tinggi, , dengan biaya hidup yang jauh lebih tinggi dan dengan berbagai tabir gelap yang belum terkuak menambah kegelisahan hati. Ya rasanya benar, the beginning is difficult, mengawali adalah pekerjaan yang sulit, tapi bukankah langkah ke seratus, bahkan langkah keseribu di tentuntakan dari langkah pertama. Dan benar karena tekad sudah membaja, rasa was-was itu akhirnya sirna juga.
Tahun pertama berada di tanah orang, adalah detik-detik perjuangan, masa-masa paling sulit. Tahun pertama adalah masa pengkondisian dengan lingkungan baru, masa adaptasi dengan teman baru, dengan kebiasaan baru, dengan cara hidup yang baru dan dengan segala macam yang bersifat baru. Kawan, inilah saat-saat terberat dalam hidup ini. Kata orang kalau sukses melewati periode waktu ini berarti kamu siap mandiri. Memilih berpisah dengan keluarga, adalah pilihan berada di zona tak nyaman. Ketika di rumah ada Ibu yang mencucikan pakaian kita, atau mesin cuci yang siap bekerja kapanpun. Namun kali ini harus mencuci sendiri, harus menyeterika sendiri. Bukan hal yang mudah untuk melakukan hal ini, ketika belum terbiasa melakukan keseharian ini sebelumnya. Ketika di rumah makanan sudah selalu siap tersaji di meja makan kapanpun perut ini lapar, namun kali ini harus membeli makanan sendiri, terkadang masak sendiri atau bahkan menjadi penggemar mie instan karena malas keluar membeli makanan. Satu hikamah lagi, ada usaha ada perjuangan untuk mewujudkan kemauan. Ketika di rumah ada Bunda kita, seorang bidadari yang siap menemani, mengobati dan menasihati ketika sakit, namun kali ini terpaksa di temani teman kos yang totalitasnya dalam menjaga sangat kurang, itupun kalau mendapat teman yang baik yang masih mau memperhatikan teman kamar kosnya. Menjadi putra perantau benar-benar menguji nyali, benar kata Dewa 19, bahwa “hidup adalah perjuangan”.
Hal lain yang memberatkan ketika berpisah jauh dengan keluarga dan memproklamirkan diri sebagai anak perantauan adalah home sickness, rasa kangen yang mendalam pada keluarga tercinta, pada kampung halaman dan pada sahabat-sahabat lama. Dan rasa rindu itu terkadang terakumulasi membuncah dalam langit-langit hati, menggejolak, membara dan mengalirkan air mata kekangenan. Foto bunda dan bapak serta suara mereka berdua yang menyenandung dari handphone terkadang masih terasa kurang. Karena belaian fisik, sentuhan sayang dan wejangan khas serta mimik wajah mereka yang mempesona belum hadir mengobati. Oleh karena itu pulang adalah kata yang mahal bagi perantau, pulang tidak hanya berarti kembali tapi juga menjadi obat. Layaknya obat, pulang kadang dapat menyembuhkan sakit rindu itu.
Tak terasa perjalanan ini sudah hampir lima tahun, sudah empat tahun lamanya makan buku kuliah dan setahun lamanya bekerja. Kawan, perjalanan ini sungguh luar biasa, karena telah melahirkan cerita dahsyat. Cerita sang peratantau. Ada kalanya senang, ada kalanya sedih. Ada saatnya lapang namun tidak jarang sempitpun menghampiri. Sepertinya perkataan kawan lama Saya di Klaten dahulu yang mengatakan “Jika kau ingin berubah dan ingin membuktikan kelelakianmu maka merantaulah, dapatkan hal-hal baru dan tantangan baru disana”. Lima tahun perkataannya mengiang ditelinga, akhirnya sekarang baru terasa kebenarannya. Kawan, Saya telah membuktikan kelelakian Saya. Lalu Kapan Anda menyusul membuktikan kelelakian Anda?
Teruntuk kawanku, terima kasih Dikau telah menuntunku berubah.

Wahadi, S.KM
Wahadi.rantisi@gmail.com

Agent of Change itu adalah Kader Terbaik!!!


Agent of Change itu adalah Kader Terbaik!!!
Wahadi, S.KM ( Terinspirasi dari Taujih Ust. Ahmad Arqom di kajian ahad pagi Masjid Al Iman Surabaya)

Kawan, Ilmu itu harus ditulis agar tidak hilang. Karena terbatasnya daya tangkap dan daya ingat server otak Manusia itu. Mungkin karena alasan itu pula Kholifah Usman ibn Affan menitahkan  membuat Mushaf Al Qur’an pertama kali. Pagi ini (24/10 2010) begitu cerah langit kota Pahlawan, walaupun januari, hujannya sehari-hari namun Alhamdulillah, Allah memberi kecerahan pagi ini. Cerah fajar di Surabaya, juga membuat Cerah Suasana hati ini. Pagi ini pasca subuh rencana saya adalah ngangsu kawruh (menimba ilmu, red) ada kajian ahad pagi di Masjid Al Iman, Sutorejo bersama Ust. Arham Arqom (Trustco Surabaya), kawan jujur saja, beliau adalah salah satu Ustad favorit saya di Surabaya. Hari-hari terakhir ini begitu berbeda bagi saya, ada kekuatan yang rasanya meringankan langkah-langkah kaki ini menghadiri majelis-majelis ilmu di bumi Pahlawan ini. Mungkin karena sebentar lagi akan meninggalkan Kota ini sehingga ingin sekali saya menyibukkan Malaikat di sebelah kanan saya untuk menuliskan hanya dan hanya jejak kebaikan yang tertulis di diary amalnya. Dan semoga Bumi pahlawan ini juga menjadi saksi kelak yang mengatakan di hadapan Allah, bahwa Wahadi meninggalkan Surabaya dengan banyak menancapkan dahinya, bersujud di atasku ya Allah. Subhanallah semoga keinginan Khusnul Khotimah di metropolis ini bisa tergapai.
            Kawan, Saya ingin menceritakan pada kalian dan membagi ilmu padamu. Sebuah taujih sekitar 30 menitan dari Ust. Ahmad Arqom. Beliau memulai membius kami dengan tiga kisah inspiratif tentang para pelaku perubah Sosial.
1.      Kisah ini di tulis oleh ulama dari Riyadh dalam shirohnya. Kisah tentang sahabat Rasulullah, Umar bin Khottob. Sahabat yang dikenal dengan jiwa ketentaraannya, sewaktu menjadi Kholifah, kita tahu bahwa masa Umar, adalah masa yang begitu gemilang di dalam sejarah ummat. Bagaimana tidak, begitu makmur rakyat kala itu, ekspedisi demi ekspedisi memperluas agama ini dilakukan dengan gilang gemilang, tak kurang sampai Spanyol pun di Islamkan. Pagi itu Umar berjalan-jalan di Pasar. Kawan ini adalah Hobbi Umar bin Khottob, berkumpul dengan para kaum proletar negrinya untuk mengetahui apa yang sedang di rasakan pada rakyatnya. Kawan, inilah jaring asmara (Aspirasi Masyarakat) ala Umar. Kalau dewan kita hanya bisa mendengar apa keluhan masyarakat saat jaring asmara, maka Umar tidak demikian, Dia juga langsung memberi solusi atas permasalahannya ummatnya. Kalo ada yang lapar maka tak segan umar memanggul sendiri gandum dari gudang makanan negara untuk di berikan pada si miskin. Itulah umar, kawan! Apa kau ingin menggantikan SBY kelak, atau jadi pemimpin public negri ini? Maka pelajari kepemimpinan Umar! Pagi itu Umar menelusup pasar. Namun ada hal aneh yang di temukan, tidak ada sama sekali pedagang Muslim di Pasar itu. Keanehan itupun ditanyakan langsung pada penduduk muslim disana. Dan jawaban yang keluar dari sang penduduk adalah “Dengan kekuasaan Islam seperti ini ‘katanya’ kita sudah tidak lagi butuh Pasar”. Umarpun menjawab langsung “Jika hal ini dibiarkan, suatu saat nanti laki-laki kita akan bergantung pada laki-laki Yahudi. Wanita-wanita kita akan bergantung juga apada wanita-wanita yahudi”.
2.      Kisah kedua masih tentang Umar bin Khottob Kawan. Memang taka da matinya menceritakan keunggulan sahabat special nabi ini. Kala itu Umar seperti biasa melakukan Inspeksi ke lapangan. Tapi kali ini dia tidak sendirian. Dia ditemani Abdullah bin Mas’ud. Ketika tiba di sebuah rumah tua, Umar mendengar ada suara. Kemudian Umar mengintip lewat celah dinding itu. Begitu terperangahnya dia karena melihat seorang kakek tua sedang mabuk, ditangannya membawa Khomr, dan di depannya menari striptis seorang gadis. Melihat hal ini murka umar memuncak. Pintu itupun di dobrak. Kawan kalau kau tahu kekuatan Umar itu luar biasa, dia ahli gulat, di salah satu acara TPI, Dr. Muslich Abdul Karim, M.A. ( DSP PKS, Alhamdulillah saya pernah silaturahim ke rumah beliau) mengatakan bhwa pakaian Umar bin Khottob itu panjangnya 5 m, kalo di mengendarai Kuda (bukan Mitsubishi Kuda, lho!!) yang paling besar dan gagah, kaki Umar masih menapak tanah. Kawan, Silakan bayangkan sendiri bagaimana postur dan kekuatan Umar . Kawan, kembali kecerita tadi. Dengan sedikit senggolan saja dinding itupun langsung roboh dan Umarpun bisa masuk ke Rumah pak tua tadi. Dengan emosi yang masih membuncah, Umar lalu berteriak keras “ Kakek tua , Kau sudah tua tapi kelakuanmu sungguh nista. Apakah kau tidak tahu ajalmu sudah dekat?”. Mendengar hal itu sang kakek dengan PD berkata,” aku baru melakukan 1 dosa, tapi tahukah kau, wahai Umar, kau sudah melakukan 3 dosa sekaligus.” Umar tambah jengkel, kemudian menanyakan apa dosanya. Sang kakek menuturkan, “pertama kau telah melihat sesuatu dengan cara yang tak halal, kau tadi mengintip. Itu tidak diperkenankan dalam Islam. Kedua, kau memasuki rumahku tanpa salam, itu menyalahi syariat Islam. Ketiga umar, kau telah memasuki rumahku dengan cara buruk, menjebol tembok. Padahal agama ini menyuruh kita memasuki rumah dari pintu dengan cara yang baik”. Mendengar hal itu Umar lalu pergi seketika sembari diikuti Abdullah bin Mas’ud. Beberapa minggu kemudia dalam sebuah kajian ahad pagi yang di adakan Umar bin Khottob, ternyata kakek tua itu datang ke masjid. Namun dia mengambil tempat agak belakang agar tidak diketahui Umar supaya aibnya tidak di ceritakan pada masyarakat. Tapi melihat gelagat itu Umarpun Tahu, tak lama kemudian di dekatinya kakek tua itu. Tiba-tiba umar mengatakan sesuatu pada kakek itu, “wahai kakek semenjak saat itu aku tidak mencerikatan kejadianmu pada siapapun, termasuk membicarakannya pada Abdullah Bin Mas’ud. Wahai Kakek tua, Aku takut melakukan dosa yang keempat” kemudian sang kakek pun menuturkan “ Wahai Umar, semenjak kejadian itupula aku telah berhenti bermaksiat dan tidak akan bermaksiat lagi sampai mati”. Kawan, ini luar biasa! Bagaimana perubahan yang dilakukan oleh Umar!
3.      Kisah terakhir yang ditutrkan Ust. Arqom adalah Kisah Rosulullah ketika di datangi seseorang yang ingin masuk Islam. Si Fulan ini mengajukan Syarat ats keIslamannya. Di hadapan Rosulullah si fulan ini meminta beberapa domba sebagai ganti syahadatnya. Kemudian Rosulullah mengaminkannya di berikannya domba ganti syahadatnya itu dan tidak hanya beberapa domba bahkan seluruh dompa yang ada di kaki bukit milik Rasulullah, di berikannya domba-domba itu tanpa ragu. Akhirnya merekapun deal dengan kesepakan itu. Sepulangnya di kampung halamannya si Muallaf ini langsung berceria di hadapan masyarakat kampungnya, “wahai kaumku masuklah pada agama Islam, agama Muhammad, maka kau akan kaya raya. Kau akan mendapati Muhammad itu Orang yang suka memberi seolah-olah dia tidak takut miskin”. Namun sejarah kemudian mencatat sang muallaf tumbuh menjadi orng yang sangat cinta pada dien Islam ini dari pada domba-dombanya! Ini cara Rosul kekasih Allah itu merubah Masyarakat. Membuat perubahan signifikan di tengah kejahiliyahan ummat kala itu!
Kawan inilah kunci perubahan sosial. Semakin banyak orang-orang baik yang menularkan kebaikannya pada Masyarakat, maka semakin cepat perubahan Sosial itu terwujud. Inilah kaidah sejarah yang selalu menemukan keberhasilannya. Dan 3 cerita di atas adalah bukti sejarah itu. Memang untuk menyembuhkan Ummat yang sakit ini, perlu adanya treatment khusus. Karena penyakitnya tidak hanya akut tapi sudah kronis. Jadi tidak cukup hanya dengan ceramah, itu tidaka akan pernah bisa menyembuhkan penyakit ummat ini. Amal adalah solusi. Amal adalah pil Dewa yang mampu menyembuhkan sakit ummat tersebut. Gerak nyata, keteladan dan terjunnya kita di lading amal lapangan adalah solusi konkret yang mampu merubahnya.
Sehingga tidak salah jika Rosulullah mengatakatan 3 Ciri Kader terbaik. 3 tanda yang jadi pembeda kader yang prestatif. Tiga ciri itu adalah:
1.      Kader terbaik itu melekat pada Ummat Muslim yang Jika dilihat maka akan mengingatkan kita pada Allah. Sangat banyak orang-orang yang kalau kita lihat tidak membawa kedamaian. Kawan, inilah ciri pertama ummat terbaik. Melihatnya saja membuat kita ingat pada Allah. Ibnu Qoyyim Al jauziah menceritakan gurunya imam Abu Hanifah.Imam Abu Hanifah itu ketika berjalan di Pasar di Pagi hari, dari tubuhnya memancarkan sinar. Ketika Abu Ahnifah ditnya terkait hal itu maka Beliau mengatakan Saya selalu melakukan dzikir ba’da sholat subuh. Sampai waktu dhuha menjelang dan sya mengakhirinya dengan sholat dhuha. Dan jika saya tidak melakukanya hari itu, rasanya saya tidak punya kekuatan untuk hidup hari itu. Kawan apa yang kita lakukan setelah subuh? Tidak saya, anda dan banyak lagi lainnya yang malah kembali bermimpi dengan tidur kembali.
2.      Ciri Kader terbaik kedua adalah Dia yang berkata maka perkataannya membawa amal kesholihan pada lainnya. Kawan inilah makna luar biasa kata. Kata bukan hanya kumpulan huruf, kata menyimpan kekuata perubahan, kata menyimpan rahasia revolusi. Orang2 besar yang pernah menyejarah di muka bumi ini bila di tilik ulang maka ada 1 kesamaan yang menyertai mereka. Mereka adalah orang2 yang mampu berorasi dengan baik, mampu menggunakan dan mengeluarkan kata-kata baik. Perkataannya membuat orang2 di sekiarnya menjadi terinspirasi, menjadi tersemangati, menjadi berubah lebih baik. Dan luar biasanya dalam Al Qur’an terdapat 51.600 kata. Jauh lebih banyak dari pada injil yang hanya 30.000an kata. Kawan, mari kita tata, apa yang keluar dari muut kita. Mari kita manage agar rangkaian kata yang membentuk kalimat yang akan kita keluarakan hanya dan hanya kata2 yang produktif, baik dan menginspirasi orang2 di sekitar kita.
3.      Terakhir kader terbaik menurut kekasih Alloh itu adalah dia yang jika beramal secara sendirian maka membuat orang makin ingat dengan akherat.
Inilah tantangan besar dari Rasulullah bagi kita yang mau menjadi kader terbaik yang mampu merubah Ummat. Melakukan perubahan sosial secara cepat di Masyarakat. Bukan hanya dengan ceramah, yaujih kita tai jauh lebih dari itu dengan amal kesholihan kita.